Kini..., Telah Kau Bukakan Hidayah itu 1:03 AM

           Bulan Januari ini aku telah memasuki semester ke 8 setelah menempuh 7 semester di jurusan Pendidikan Matematika UNY. Alhamdulillah aku pun telah mulai menggarap skripsiku, walau masih tahap proposal dan aku pun telah mendapatkan dua dosen pembimbing yang siap membimbingku untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika yang selama ini telah diidam-idamkan oleh kedua orang tua dan keluarga. 
Hal ini pun aku syukuri, karena bagaimana pun ternyata aku sudah selangkah lebih maju daripada teman-temanku yang lainnya, tentunya lebih maju dalam hal skripsi. Banyak dari teman-temanku yang masih bingung untuk mencari topik yang akan diusung untuk skripsinya, karena kami sering sharing-sharing tentang skripsi kita masing- masing, sekaligus saling memberikan semangat.


Alhamdulillah aku diperlancar dalam menggarap skripsi ini, terbukti bahwa bulan Maret aku telah mulai penelitianku di SMA Colombo. SMA tempat aku dulu praktek KKN-PPL yang juga tidak jauh dari UNY dan dari kos juga. Sementara sebagian dari teman-teman yang lain masih sibuk mencari judul. Hal ini mungkin karena do’a-do’a dari ayah dan ibuku yang telah dijawab oleh Allah SWT.
Aku tahu mereka selalu mendo’akanku seusai sholat 5 waktu. Bahkan ibuku adalah sosok yang jarang meninggalkan sholat dhuha dan sholat tahajjud. Walaupun aku sendiri dari segi agama adalah orang yang awam sekali. Dalam menjalankan syariat islam pun aku hanya menggugurkan yang wajib-wajib, seperti yang ada dalam rukun islam dari yang pertama sampai dengan yang keempat dan seperti kewajiban seorang wanita yang menutup auratnya atau bahasa mudahnya berjilbab. Itu pun ala kadarnya, ya ala kadarnya. Dalam berjilbab pun yang aku lakukan ketika aku hendak pergi ke kampus atau pergi agak jauh dengan minimnya jilbab dan pakaian mevet/ketat yang aku pakai, disertai juga dengan sepatu hak tinggi.
Selama ini aku pun selalu merasa nyaman ketika memakainya , tanpa memperhatikan pendapat orang lain, baik teman satu kosku maupun teman-teman kampusku. Mungkin mereka hanya membatin saja, tanpa berani berkomentar. Namun saat aku sedang di perpustakaan untuk mencari contoh-contoh pembahasan dalam skripsi, kebetulan aku bertemu dengan salah satu temanku yang menempuh jurusan yang sama dengan kelas yang berbeda, sebut saja Nania namanya. Sebenarnya aku pun sering bertemu dengannya dan bahkan dia pun sering maen ke kos-kosanku juga.
Kali ini dia adalah satu-satunya temanku yang berani menyapa tentang penampilanku. “Wina, makin cantik ajah nih. Ingat usia buk, masak cantiknya melebihi anak ABG? Hehehe….” Sapa si Nania. Tanpa rasa berdosa atau perasaan canggung sekalipun aku pun langsung menjawab, “jelas dong, Wina gitu lhoh, semakin muda muda ajah kan? Hehehe…” Sepintas sapaan saja dan hanya berlalu begitu saja, karena waktu itu juga aku lumayan terburu-buru, aku harus segera pulang ke kos dan menggarap lanjutan skripsiku sebelum ide-ideku ngabar ke bawa angin. Hehehe…
Aku biasa berjalan kaki saat berangkat atau pulang dari SMA Colombo. Beberapa hari kemudian, waktu perjalanan pulang dari lokasi penelitian, dalam keadaan jalan yang sepi aku berjalan sendirian. Sebenarnya dalam hatiku aku merasa ketakutan, beberapa kali aku menoleh ke belakang, kalau-kalau ada apa-apa. Ternyata prasangkaku benar, dari belakang aku diikuti oleh 2 orang laki-laki paruh baya yang tidak aku kenal. Mereka menggunakan motor dengan berboncengan berdua. Dengan hati yang dag dig dug deer aku komat kamit sambil membaca basmallah disertai berjalan dengan agak dipercepat. Hal ini tidak membuat dua orang asing itu jera, malahan mereka semakin mengikutiku, dan mencegat aku. Mereka memanggi-manggil aku dengan sebutan “cantik” sambil mencolek-colek beberapa bagian tubuhku yang tertutup dengan pakaian ketat. Dalam hati, aku berdo’a terus, minta perlindungan dari Allah sambil aku berteriak-teriak sekeras-kerasnya.
“Alhamdulillah…, do’aku diterima oleh Allah”, bisikku pelan-pelan. Dengan usahaku tersebut, kedua orang asing itu terburu-buru untuk naik ke motor dan segera melarikan diri. Mungkin mereka ketakutan setelah aku berteriak tadi. Rasa ketakutan itu masih melekat di dadaku dan selama perjalanan pulang aku hanya merintih menangis mengingat kejadian tadi.
Sesampainya di rumah, aku langsung bersimpuh kepada-Nya, bersujud syukur. Aku lanjutkan dengan sholat dhuhur dan dzikir serta do’a. Baru kali ini, aku berdo’a dengan khusyuk, aku menangis mengucap syukur dan memohon ampun kepada Sang Maha Bijaksana.
Aku merenung…, merenungkan kesalahan-kesalahanku, merenungkan hal-hal yang terjadi pada beberapa hari terakhir ini. Nampaknya memang ada kesalahan yang terjadi pada diriku. Dari perenunganku yang agak lama, tiba-tiba jedeeeer…., seakan ada petir yang menyambar dadaku, aku baru ingat akan kata-kata dari temanku Nania beberapa hari yang lalu. Dia mengingatkanku tentang pakaianku yang sangat mevet dan ketat ditambah dengan kejadian tadi siang. Akhirnya, entah ada bisikan apa di dadaku, aku jadi berkeinginan untuk mengubah caraku berpakaian, minimal aku tidak memakai pakaian yang ketat seperti kemarin dan jilbab yang aku pakai setidaknya menutupi dadaku.
Orang-orang yang tahu agama menyebutnya dengan hidayah. Yah hidayah… Hidayah itu datang menghampiriku dengan cara-Nya yang tidak pernah aku sangka-sangka. Hidayah untuk meninggalkan pakaianku yang serba ketat itu. Aku sangat bersyukur kepada-Nya. Aku senantiasa mengucapkan kalimat hamdallah, puji syukur hanya pada Engkau. Allah telah mengingatkan aku melalui temanku Nania ( dalam bisikku, “terimakasih Nania…”) dan kejadian tadi siang itu. Sungguh kejadian yang penuh hikmah. Apapun yang terjadi pada diri kita, pasti ada hikmah di dalamnya.
Semoga bisa menambah pengalaman kita dan semoga bermanfaat....:-)

0 comments:

Post a Comment